Kemiskinan tak Menghentikan Langkahnya dalam Meraih Ilmu




[Kisah #7]

Kemiskinan tak Menghentikan Langkahnya dalam Meraih Ilmu

Penulis:
Ummu Husain Muthya bintu Bashri 'Abdillah al-Makassariyyah
-حفظها اﷲ-

Mempelajari dan memahami agama adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim yang menginginkan kebahagiaan dirinya.

Seorang hamba yang jahil dan belum memahami Islam dengan baik, hendaklah menyadari kejahilannya dan bersegera membekali diri dengan ilmu syar’i.

Hendaklah ia menyadari tentang besarnya kebutuhan mereka terhadap ilmu agama ini. Sebab, ilmu agama laksana roh dalam kehidupan seorang mukmin yang tak akan mungkin lepas dari dirinya.

Ilmu adalah cahaya yang akan menyinari dan menerangi kehidupannya. Ilmu agama akan membimbing dirinya kepada jalan-jalan kebaikan yang akan mengantarkan dirinya kepada kebaikan dunia dan juga kebaikan akhirat berupa surga dan melihat wajah Allah –azza wa jalla-.

Para pembaca yang budiman, Sebuah realita yang amat menyedihkan di tengah para pemuda muslim di zaman ini, berupa malasnya mereka mendalami ilmu agama.

Sementara itu, kemaksiatan kini merebak di mana-mana, menimpa mayoritas kaum muslimin. Semua ini mestinya menjadi pemacu bagi mereka untuk lebih membekali diri dengan ilmu agama yang akan menjadi senjata yang akan melindungi mereka dari berbagai godaan maksiat.

Sadarlah wahai para pemuda! Masa muda kalian adalah masa keemasan kalian yang tidak akan terulang kembali. Jangan sia-siakan masa itu! Kalian adalah harapan masa depan umat, dan kalianlah yang akan memimpin masa depan mereka.

Jadikan keinginan meraih ilmu agama tertanam kuat dalam lubuk hati kalian! Karena, ilmu adalah sebaik-baik bekal yang harus kalian miliki.

Jangan biarkan semangat kalian berguguran diterpa angin fitnah (cobaan dan musibah) yang menimpa ! Bangkitkan semangat yang kini tenggelam dalam lautan kemalasan!

Kerahkan segala upaya yang ada untuk meraih besarnya cita-cita dan besarnya harapan untuk kebahagiaan yang abadi serta kemuliaan di sisi-Nya.

Tidakkah kalian menoleh kepada para ulama kita di masa lampau yang telah menjadi pionir-pionir dalam kebaikan dengan berbekal ilmu?!

Tentunya kepemimpinan mereka dalam kebaikan, tidaklah lahir begitu saja, tanpa sebab keikhlasan dan kesabaran mereka dalam meraih ilmu agama dengan meninggalkan rumah dan kampung halamannya, dari satu negeri ke negeri lainnya.

Di kala membuka lembaran demi lembaran dari sejarah mereka dalam mencari ilmu, tampak dari mereka semangat, pengorbanan, dan kecintaan yang luar biasa terhadap ilmu, yang tidak dimiliki oleh diri-diri kita pada hari ini.

Mereka tidak menyia-nyiakan masa muda mereka. Segala usaha mereka kerahkan, kemiskinan tidak lagi  menjadi alasan dan penghalang bagi mereka dalam meraih ilmu agama.

Di antara bukti hal itu, kami akan menorehkan sebuah penuturan ringkas dari salah seorang ulama mengenai dirinya di masa mencari ilmu.

Kisah ini kami petik dari sekian kisah yang telah kami dapatkan dari sebuah majelis kami, melalui guru kami al-Ustadz Abu Fa'izah Abdul Qodir –hafizhahullahu ta’ala-.

Namanya tidak lagi asing di sisi para penuntut ilmu. Beliau adalah Imam asy-Syāfi'iy -rahimahullahu ta’ala-.

Kisah hidup beliau dalam menuntut ilmu dibawakan oleh Ibnu 'Abdil Barr -rahimahullahu ta’ala- di dalam Al-Intiqo' fi Fadho’il Al-A’immah Ats-Tsalatsah Al-Fuqoha’  (hlm. 70 dan lainnya) :

Beliau (Imam asy-Syāfi'iy -rahimahullahu ta’ala-) berkata,
“Dahulu aku tidak memiliki harta benda, dan aku mencari ilmu di masa muda. Aku dahulu pergi ke diwan (kantor pemerintah), kemudian aku meminta lembaran-lembaran, lalu aku menulis padanya (tentang hajatku).

Aku pernah berada di kuttab (tempat belajar bagi anak-anak kecil) . Aku mendengarkan guru yang mendikte anak kecil, lalu aku pun menghafal sesuatu yang beliau katakan.

Sementara itu, tidak ada di sisi ibuku (berupa pembayaran) kepada guru, dan aku adalah seorang anak yatim.

Dahulu sang guru itu ridha kepadaku jika aku menggantikannya (dalam mengajar) apabila beliau berdiri (pergi).

Sungguh dahulu mereka (para santri) menulis. Sebelum guru itu selesai meng- imla' (mendikte), maka aku telah menghafal apa yang aku tulis.

Suatu hari sang guru itu berkata kepadaku, “Tidak halal aku mengambil (pembayaran) darimu”.

(Imam asy-Syāfi'iy melanjutkan),
“Tatkala aku keluar dari “kuttab” , maka aku pun pergi memungut tembikar-tembikar, pelepah-pelepah kurma, dan pelana-pelana onta. Lalu aku pun menulis padanya hadits-hadits.
Juga aku pernah datang ke ad-dawawin (kantor pemerintah) , aku meminta lembaran-lembaran kemudian aku menulis padanya, sampai hal tersebut memenuhi hajat ibuku”.

Demikian kisah ringkas yang beliau tuturkan. Cukuplah kisah tersebut sebagai sampel yang menggambarkan tentang keadaan para ulama kita dalam mencari ilmu.

Lihatlah kesungguhan mereka, usaha mereka yang luar biasa, sampai kemiskinan pun tidak menjadi masalah bagi mereka.

Semangat mereka yang membara, menghempaskan segala rintangan. Tidaklah semua itu lahir melainkan kecintaan yang besar menyelimuti hati mereka dalam  meraih ilmu agama, serta kesungguhan mereka  dalam meraih kecintaan dan ridha Rabb-nya.

Lihat keadaan mereka setelah itu, keutamaan melimpah pada diri mereka. Kedudukan mulia mereka raih di sisi Allah dan hamba-hamba-Nya.

Mereka adalah pewaris para nabi yang telah melalui perjalanan panjang dan pengorbanan dalam meraih ilmu. Tidaklah semua itu terwujud semata angan-angan belaka.

Saudara-saudaraku fillah, adakah di antara kita yang memiliki semangat seperti semangat  para ulama kita dahulu? Ikutilah mereka, niscaya engkau akan meraih sesuatu yang telah mereka raih. Ikhlashkan niat dan tabahkan diri serta bangkitkan semangat untuk mencari ilmu agama.


   Hanya kepada-Nya kita memohon taufiq dan pertolongan-Nya dalam meraih keutamaan dan kecintaan-Nya. Senantiasa memohon rahmat dan ampunan-Nya, serta memohon ketetapan hati di atas agama dan ketaatan kepada-Nya. Wallāhu Ta'ālā a'lam bishshowāb.

وآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وصلى الله على نبينا وآله وأصحابه

* * * * * * * * * *
NB :

1.  Penulis adalah santri Tahfizh Ma’had Al-Ihsan Gowa.

2.  Tulisan ini telah diedit dan disempurnakan oleh Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. -hafizhahullah- selaku pembimbing dalam ajang latihan pengembangan bakat menulis bagi para santri.



Komentar

Artikel Paling Populer