Kecemburuan Seorang Wanita Salaf terhadap Kitab-kitab Suaminya




Kecemburuan Seorang Wanita Salaf
terhadap Kitab-kitab Suaminya

Penulis:
Ummu Sufyan Maimunah Bintu Nashr
_حَفِظَهَا اللهُ_


Orang yang mencintai ilmu agama akan tampak darinya kecintaan terhadap kitab-kitab ilmu. Hal itu dapat kita lihat dari kisah para ulama terdahulu dimana mereka berusaha mengumpulkan kitab-kitab dan rela mengorbankan banyak waktu dan harta untuk mendapatkannya.

Semangat mereka dalam menuntut ilmu sangat luar biasa. Hal itu tampak dari keseharian mereka menghabiskan siang dan malam bersama kitab, baik itu menelaah kitab, membaca, mendengarkan, atau pun mengambil dan memberi faedah darinya.

Bayangkan saja, mereka mampu membaca sampai berpuluh-puluh, beratus-ratus, bahkan beribu-ribu kitab dalam sehari. Perhatian mereka terhdap ilmu sangatlah besar. Lantaran itu, sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu mengetahui perjalanan mereka dan mengikuti jejak mereka.

Kali ini, kami ingin membawakan sepenggal kisah dari seorang sejarawan Islam, yang namanya terkenal dalam kitab-kitab siroh (sejarah); beliau adalah “Az-Zubair Bin Bakkar  -rahimahullah-.

Az-Zubair bin Bakkar Al-Qurosyiy Al-Asadiy –rahimahullah- adalah seorang ahli hadits yang tsiqoh, sekaligus sejarawan Islam yang lahir pada tahun 172 H.

Beliau merupakan seorang qodhi ‘hakim’ di Kota Makkah pada masanya dan juga dikenal sebagai nassabah ‘ahli nasab’. Beliau wafat pada tahun 256 H.
[Tahdzib Al-Kamal (9/293) & Siyar A’lam An-Nubala’ (12/311)]

Kisah beliau disebutkan oleh Al-Khotib Al-Bagdadiy _رحمه الله_ di dalam kitabnya Al-Jami’ li Akhlakh Ar-Rowi wa Adab As-Sami’ (1/101) :

Az-Zubair berkata,
" قَالَتِ ابْنَةُ أُخْتِي لِأَهْلِنَا: "خَالِي خَيْرُ رَجُلٍ لِأَهْلِهِ، لَا يَتَّخِذُ ضَرَّةً وَلَا يَشْتَرِي جَارِيَةً"،
قَالَ: تَقُولُ الْمَرْأَةُ: وَاللَّهِ لَهَذِهِ الْكُتُبُ أَشَدُّ عَلَيَّ مِنْ ثَلَاثِ ضَرَائِرَ." اهـ من الجامع لأخلاق الراوي وآداب السامع للخطيب البغدادي (1/ 101)
Keponakanku berkata kepada istriku,
“Pamanku (Az-Zubair) adalah sebaik-baik orang terhadap keluarganya (istrinya), (karena) beliau tidak mengambil madu (istri lain) dan tidak pula membeli budak perempuan (maksudnya, cintanya betul-betul tulus kepada istrinya)”.

Kemudian Az-Zubair melanjutkan,
“Istriku menimpali, “Demi Allah, sungguh kitab-kitab ini lebih menyusahkan bagiku dari pada tiga orang madu”.

Perkataan sang istri menunjukkan kecemburuannya kepada kitab-kitab tersebut, karena besarnya perhatian Az-Zubair kepada kitab-kitabnya.

Beliau lebih sering bersama kitabnya dari pada istrinya. Tidurpun, beliau selalu membawa kitabnya. Beliau rela mengeluarkan uang banyak demi membeli kitab baru dan menyewa orang untuk membersihkan kitab-kitab beliau.

Disebutkan pula oleh Al-Khotib Al-Baghdadi dalam kitabnya “Tarikh Baghdad” (9/486) bahwa istrinya mengatakan demikian.

Padahal, Az-Zubair –rahimahullah- adalah seorang suami yang sholih dan sangat cinta kepada istrinya.

Pada suatu hari, Az-Zubair pernah ditanya,
"منذ كم زوجتك معك؟"
فَقَالَ : "لَا تَسَلْنِيْ، ليس يَرِدُ الْقِيَامَةَ أَكْثَرُ كِبَاشًا مِنْهَا، ضَحَّيْتُ عنها سبعين كبشا." اهـ من تاريخ بغداد ت بشار (2/ 62)
“Sejak kapan istri anda menemani anda (maksudnya, kapan engkau menikahinya) ?”

Beliau jawab,
Jangan tanya hal itu padaku! Tidak akan datang pada hari kiamat kelak orang yang lebih banyak dombanya melebihi istriku, (karena) aku memberinya hewan Qurban berupa 70 ekor kambing (yakni, setiap tahunnya).”
[Tarikh Baghdad (2/62), karya Al-Khotib Al-Baghdadiy]

Ini menunjukkan besarnya perhatian beliau dan besarnya kasih sayang beliau terhadap istrinya. Tapi masih saja istri beliau merasa cemburu melihat beliau menghabiskan banyak waktunya untuk membaca kitab-kitab ilmu.

Faedah dari Kisah Az-Zubair

Dari kisah Az-Zubair bin Bakkar Al-Qurosyiy Al-Asadiy –rahimahullah-, terdapat beberapa faedah yang dapat kita petik. Diantaranya :
1.  Besarnya kecintaan dan perhatian Az-Zubair terhadap kitab-kitab yang berisi ilmu agama.

2.  Hendaknya seorang penuntut ilmu memperhatikan dan merawat kitabnya dengan baik dan tidak membiarkannya berserakan.

3.  Kedermawaan dan perhatian Az-Zubair kepada istrinya.

4.  Kecintaan terhadap istri tidaklah kemudian melalaikan seseorang mempelejari ilmu agama atau menambah bekal darinya.

5.  Kecintaan kepada ilmu harus melebihi kecintaan kepada segala sesuatu berupa kesenangan-kesenangan dunia.

6.  Sepantasnya seorang penuntut ilmu senantiasa membawa kitab kemanapun ia pergi, agar ia selalu dapat menambah dan memetik faedah di balik kitab-kitab itu.

7.  Seorang penuntut ilmu hendaknya melakukan pengorbanan dalam meraih ilmu, seperti : mengorbankan harta yang banyak demi membeli kitab-kitab ilmu.

Demikian kisah yang dapat kami untai pada kali ini. Semoga kita bisa mengambil ibrah darinya dan meniru Az-Zubair bin Bakkar -rahimhaullah- dalam ketekunan dan semangatnya dalam meraih ilmu. 

Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua.


وآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

وصلى الله على نبينا وآله وأصحابه

* * * * * * * * * *
NB :

1.  Penulis adalah santri Tahfizh Ma’had Al-Ihsan Gowa.

2.  Tulisan ini telah diedit dan disempurnakan oleh Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. -hafizhahullah- selaku pembimbing dalam ajang latihan pengembangan bakat menulis bagi para santri.







Komentar

  1. Bismillah afwan izin save pictnya. Syukron jazaakumullaahu khairan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan share sebanyaknya agar kita bersekutu dalam memperoleh pahala. Barokallohu fikum.

      Hapus

Posting Komentar

Artikel Paling Populer