Santri Penakluk Padang Pasir



Santri Penakluk Padang Pasir

Penulis :
Ummu Muhammad Fadhilah bintu Romli _حَفِظَهَا اللهُ_


Menempuh perjalanan dalam menuntut ilmu merupakan sebuah keharusan bagi seorang pelajar yang ingin merasakan manisnya ilmu agama. Karena, manisnya ilmu itu, tidaklah dirasakan, kecuali dengan melewati berbagai tantangan dan kesusahan.

Telah kita dapati kisah perjalanan para ulama terdahulu dalam mencari ilmu dengan kekokohan dan keteguhan mereka, tanpa mengenal kata lelah dan bosan.

Mereka rela mengorbankan seluruh harta yang mereka miliki, bahkan rasa sakit pun tidak akan membuat mereka berhenti untuk mendapatkan sesuatu yang mereka cari berupa ilmu agama.

Pada momen kali, kami akan menukilkan sepenggal kisah dari salah seorang ulama terdahulu. Ia adalah sosok teladan yang penuh semangat dalam mencari ilmu. Harta tidaklah menghalangi beliau dalam mencari ilmu.

Beliau adalah Ibnu Thohir Al-Maqdisiy yang lahir di Baitul Maqdis pada Bulan Syawwal tahun 408 H, dan wafat pada tahun 507 H di Kota Baghdad.

Kisah perjalanan beliau dalam menuntut ilmu semasa beliau santri, kami dapatkan dari sebuah majelis di Pesantren Al-Ihsan Gowa, di sela-sela pelajaran kami di kelas, yang disampaikan oleh Guru kami, Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah –hafizhahullahu ta’ala-.

Kisah ini amat membekas di hati kami dan di dalamnya banyak pelajaran yang dapat kita petik.

Ibnu Thohir Al-Maqdisiy _رَحِمَهُ اللهُ_ berkata,
"بلت الدم في طلب الحديث مرتين : مرة ببغداد، ومرة بمكة.
وذلك أني كنت أمشي حافيا في حر الهواجر بهما فلحقني ذلك.
وما ركبت قط دابة في طلب الحديث، وكنت أحمل كتبي على ظهري إلى أن استوطنت البلاد،
وما سألت في حال الطلب أحدا وكنت أعيش على ما بي من غير مسألة."
“Saya pernah kencing darah saat mencari hadits sebanyak dua kali : yang pertama di Baghdad, dan yang kedua di Mekkah.

Demikian itu terjadi, karena dahulu aku berjalan kaki tanpa alas kaki di tengah teriknya matahari. Lantaran itu, aku pun tertimpa penyakit tersebut.

Saya tidak pernah mengendarai tunggangan sekalipun dalam perjalananku dalam mencari hadits, dan dahulu aku memikul kitab-kitab di atas punggungku sampai mencapai negeri-negeri itu.

Aku tidak pernah mengeluh dan meminta bantuan kepada seorang pun dan dahulu aku senantiasa hidup apa adanya, tanpa meminta-minta.”

Kisah indah ini dibukukan oleh Al-Hafizh Abul Qosim Ali bin Al-Hasan, yang dikenal dengan “Ibnu Asakir” (wafat 571 H) di dalam kitabnya yang berjudul “Tarikh Dimasyq” (53/281)

Perjuangan beliau dalam menuntut ilmu amat luar biasa. Ia  lalui rihlah (perjalanannya) dalam menuntut ilmu dengan kesabaran yang luar biasa.

Kemiskinan tidaklah membuat semangatnya surut untuk melangkahkan kakinya tanpa alas berupa sandal atau sepatu, demi bersegera dalam meraih keutamaan menuntut ilmu agama.

Akibat kakinya yang tidak beralas, beliau menderita kencing darah, karena panasnya padang pasir yang beliau lintasi saat menempuh perjalanan ribuan kilometer. 

Faedah dari Kisah yang Indah ini :

·     Semangat dan perjuangan para penuntut ilmu dari kalangan para ulama terdahulu

·     Kemiskinan tidaklah menghalangi seseorang dari mencari ilmu, sekalipun harus berjalan kaki dalam mendatangi majelis-majelis ilmu.

·     Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk hidup sederhana dan apa adanya, tanpa meminta-minta atau mengeluh kepada orang lain.

Para pembaca yang budiman, inilah salah satu kisah dari kisah-kisah perjuangan para ulama semasa mereka mencari ilmu; kisah yang ringkas, namun memiliki banyak faedah, dan _إِنْ شَاءَ اللهُ_ akan menjadi motivasi bagi kita dalam menuntut ilmu.


وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين، وصلى الله على نبينا وآله وأصحابه أجمعين، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
* * * * * * * * *


NB :

1. Tulisan ini adalah karya tulis Santri Tahfizh Ponpes Al-Ihsan Gowa.

2. Karya tulis ini diedit dan disempurnakan oleh Ust. Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc. _hafizhahullah_ selaku pengajar pada Program Tahfizh Ponpes Al-Ihsan Gowa.

3. Bila pembaca temukan kekurangan dalam tulisan ini, maka ketahuilah bahwa tulisan ini hanyalah ajang latihan bagi para santri untuk pengembangan bakat dan kemampuan mereka. Semoga di kemudian hari, bisa lebih sempurna lagi.






Komentar

Artikel Paling Populer