Terombang-ambing di Lautan dalam Perjalanan Mencari Ilmu Agama
Terombang-ambing di Lautan
dalam Perjalanan Mencari Ilmu Agama
[Kisah Abu
Marwan Al-Bajiy]
Penulis :
Marwah Ummu Aiman bintu Abdil Wahid
Al-Buthoniyyah
_حفظها الله_
Berjihad di jalan Allah merupakan suatu amalan yang
sangat besar pahalanya di sisi Allah, dan akan mendapat balasan berupa surga
yang nikmatnya tiada tara.
Namun, berjihad itu bukan hanya tentang berperang melawan
kaum musyrikin, akan tetapi menuntut ilmu
itu juga merupakan jihad fii sabilillah. Setiap ayunan langkah kita dalam mencari ilmu agama -insya Allah- akan bernilai pahala di sisi Allah,
jika dibarengi dengan niat yang ikhlash karena semata mencari wajah Allah.
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ
الْعِلْمِ، فَهُوَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
"Barang siapa yang keluar dalam mencari ilmu agama,
maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali." [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya
(no.2647), dan di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih
At-Targhib (no. 88)]
Sama seperti berjihad, seorang penuntut ilmu harus rela
meninggalkan keluarganya, sahabatnya, dan kampung halamannya untuk keluar
menghadapi perjalanan yang penuh dengan tantangan dan penderitaan untuk suatu
tujuan yang amat mulia kedudukannya, yaitu menuntut ilmu agama.
Tujuan yang mulia itulah yang menguatkan
semagat para penuntut
ilmu, walaupun mereka akan menghadapi
rintangan dan derita dalam perjalanan, yang membuatnya bersabar dan rela
mengorbankan sebagian harta miliknya untuk keperluan perjalanan dalam menuntut
ilmu.
Keutamaan ilmu dan ganjarannya yang
mereka kejar sehingga perjalanan mereka terasa ringan dan hati mereka
berbunga-bunga, sekalipun harus melintasi samudra, menempuh jarak panjang di
tengah padang pasir dan hutan belantara. Mereka memasuki negeri-negeri yang jauh
dengan penuh risiko dengan tingkat keamanan yang amat minim, cuaca yang
ekstrim, berbekal makanan dan air serba seadanya.
Tahukah anda tentang sebuah kisah
yang mengharukan dari seorang ulama terdahulu dalam perjalanannya dari daratan
Spanyol menuju Palestina, lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dari
Palestina menuju Damaskus, Suriah.
Itulah sosok ulama yang dikenal
dengan “Abu Marwan Al-Bajiy” -rahimahullah- . Nama lengkap beliau adalah Abu Marwan Muhammad bin Ahmad Al-Bajiy yang wafat 635 H dengan umur 71 tahun. Beliau juga dikenal dengan “Ibnul Bajiy”.
Beliau berasal dari benua Eropa, tepatnya dari Isybiliyah
(Sevilla), Spanyol. Setelah belajar di negerinya, maka beliau menyeberang ke
Ceuta yang merupakan negara bagian Spanyol di daratan Afrika Utara yang
bersebelahan dengan Maroko dan Spanyol.
Kita dengarkan penuturan Al-Hafizh
Ibnu Rusyaid Al-Andalusiy -rahimahullah- saat menceritakan kisah
perjalanan Abu Marwan Al-Bajiy dalam mencari ilmu agama,
«رحل
من سبتة في البحر، في المحرم في يوم الأربعاء السابع منه من عام 634، ووصل مرسى
عكَّا في عشي يوم الجمعة، الثاني عشر من شعبان من العام المذكور،
وتوجه منها إلى دمشق، فوافاها في سابع
شهر رمضان من العام المذكور، فسمع بها على أبي عمرو ابن الصلاح كتاب علوم الحديث
وعلى غيره»
“Abu Marwan
Al-Bajiy melakukan rihlah (perjalanan panjang) dari Ceuta melintasi lautan pada
bulan Muharram, hari Rabu, tanggal 7, tahun 634 H, dan ia tiba di pelabuhan
Akka (sebuah daerah di Palestina) pada petang hari Jumat 12 Sya’ban
tahun 634 H.
Kemudian beliau mengarah dari pelabuhan Akka menuju Damaskus, dan memasuki
Damaskus pada 17 Ramadhan dari tahun tersebut. Lalu beliau pun mendengarkan di
dalamnya kitab “Ulumul Hadits” kepada Abu Amr Ibnush Sholah, juga guru
lainnya.” [Lihat “Ifadah
An-Nashih” (hlm. 103), karya Ibnu Rusyaid, dengan tahqiq
Dr. Muhammad Al-Habib, cet. Ad-Dar At-Tunisiyyah, tanpa tahun]
Lihatlah kisah perjalanan Abu Marwan, selama lebih dari tujuh
bulan beliau terombang-ambing di lautan yang amat luas, dari bulan
Muharram sampai Sya’ban;
waktu yang cukup lama untuk melakukan perjalanan. Namun, beliau tetap bersabar
di dalamnya, itu semua demi mendapatkan ilmu agama.
Pernahkan kita membayangkan nasib beliau yang begitu
gigih dan sabar? Tranportasi pada masa itu masih sangat sederhana.
Dengan semangat yang membara dan segala risiko, beliau
mengarungi lautan yang luas dengan perahu kecil dengan membawa bekal serba
terbatas yang hanya bisa bertahan beberapa hari dalam perjalanan.
Perahu yang beliau tumpangi bukanlah perahu uap atau diesel yang
besar seperti yang kita lihat pada hari ini. Perahu sederhana yang mudah
terhempas badai lautan. Jangan kalian berpikiran bahwa mereka membawa serta alat
penunjuk arah semacam kompas atau GPS. Sama sekali tidak. Beliau hanyalah
seorang penuntut ilmu yang miskin yang bermodal semangat dalam mengejar ilmu agama
yang merupakan bekal dan jalan pengantar menuju surga.
Disebutkan dalam sebagian sumber, Abu Marwan Al-Bajiy
pernah berjalan kaki bersama gurunya dari Ceuta menuju Baitullah, Makkah
Al-Mukarromah dalam perjalannya menuntut ilmu dan ibadah haji, dengan melintasi
gurun pasir dan gunung-gunung yang terjal, serta lautan luas. Sumber itu menyebutkan
nama-nama negeri di daratan Spanyol, dan Afrika, serta Timur Tengah yang dilalui
oleh Abul Marwan Al-Bajiy dalam perjalannya itu. [Lihat Adz-Dzail wa At-Takmilah (3/581-587) (no. 1298), karya Ibnu
Abdil Malik Al-Marokisiy, cet. Dar Al-Ghorb Al-Islamiy]
Di beberapa negeri beliau singgahi, beliau mengambil ilmu
dari ulama, sekaligus mengajarkan ilmu kepada penduduknya.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan tersebut,
beliau pun meninggalkan kota Makkah menuju Irak, dan di dalam perjalanan,
beliau beserta rombongan dirampok oleh orang-orang jahat. Kemudian dengan
segala keterbatasan, beliau melanjutkan perjalanan, dan selanjutnya dari Irak menuju
Mesir.
Sejak meninggalkan Baitullah, beliau mengalami sakit dan sakit ini semakin parah akibat kelelahan dalam
perjalanan panjang tersebut. Akhirnya, beliau menghembuskan napas terkahir di sebuah penginapan yang dikenal dengan “Penginapan
Ibnur Roshshosh.” [Lihat Adz-Dzail wa At-Takmilah (3/586)]
Abu Marwan Al-Bajiy –rahimahullah- wafat pada malam Jumat, 28 Robi’ul Akhir[1],
tahun 635 H, di negeri
Mesir. [Lihat Tarikhul
Islam (14/184), karya Adz-Dzahabiy, dengan tahqiq Basysyar
Awwadh Ma’ruf, cet. Dar
Al-Ghorb Al-Islamiy]
Semoga Allah merahmati Abu Marwan Al-Bajiy, seorang
penuntut ilmu sejati yang bersabar dan gigih dalam menuntut ilmu dan
mengajarkannya kepada manusia.
Faedah Kisah
Para pembaca yang budiman –hafizhakumullah-,
di antara faedah dan pelajaran berharga yang dapat kita petik dari kisah di
atas :
🔰 Berjihad bukan
hanya di medan perang, tetapi bersabar dalam menuntut ilmu agama juga termasuk jihad.
🔰 Jika kita
mempunyai harta yang cukup, lakukanlah rihlah (perjalanan) dalam mencari
ilmu agama. Karena, menuntut ilmu agama adalah wajib bagi kaum muslimin dan
muslimah, dan di dalam ilmu agama terdapat kebaikan dan keberkahan dalam hidup.
🔰 Kita harus banyak
bersyukur kepada Allah -subhanahu wa ta'ala-. Karena, di zaman sekarang
ini, jika kita ingin melakukan rihlah, sudah ada alat transportasi yang
canggih berupa pesawat yang tidak memakan waktu berhari-hari dan
berbulan-bulan; cukup satu-dua jam, anda sudah sampai di tempat tujuan.
🔰 Bersabarlah dalam
menuntut ilmu agama. Karena, di balik itu semua ada pahala yang besar Allah -subhanahu
wa ta'ala- siapkan di sisi-Nya bagi mereka yang bersabar dalam mencari ilmu
agama.
Demikianlah artikel singkat yang
saya tulis atas bantuan dan bimbingan guru kami, Ustadz Abdul Qodir -hafizhahullahu
ta'ala-.
Yang benar, datangnya dari Allah; yang salah dari diri saya dan syaiton. Mohon maaf jika ada kekurangan. Was salamualaikum warahmatullahi wa
barakatuh.
-------------------------
Catatan:
🔰 Tulisan ini
telah selesai pada hari Rabu, 28 Dzulqo’dah 1443 = 29 Juni 2022 M, di kompleks Pesantren
Al-Ihsan Gowa.
🔰 Artikel ini telah diedit dan disempurnakan oleh Ustadz Abdul Qodir Abu Fa'izah -hafizhahullah-.
🔰 Artikel ini
ditulis oleh Marwah Ummu Aiman, santri Tadribun Nisa’ (TN), Ponpes Al-Ihsan
Gowa, Sulawesi Selatan.
____________________
Artikel Terkait: https://santritahfizh11.blogspot.com/2022/06/kesatria-hebat-dari-madinah-muadz-bin-amr-al-jamuh.html
[1] Ibnu Abdil Malik Al-Marokisyiy –rahimahullah- menyatakan bahwa Abu Marwan Al-Bajiy wafat pada tanggal 28 Jumadal Ula 635 H. [Lihat Adz-Dzail wa At-Takmilah (3/587)]
Komentar
Posting Komentar