Kitab yang Basah di Tengah Keringnya Padang Pasir



[Kisah]

Kitab yang Basah
di Tengah Keringnya Padang Pasir

Penulis :
Ummu Abdillah Asma’ bintu Edy Arfandy Al-Habibah

Menempuh perjalanan dalam menuntut ilmu merupakan sebuah keharusan bagi seorang penuntut ilmu, demi merasakan manisnya ilmu agama. Karena, manisnya ilmu itu, tidaklah didapatkan, kecuali dengan melewati berbagai rintangan di dalamnya.

Hal ini dapat kita lihat dari kisah-kisah para penuntut ilmu dari kalangan para ulama terdahulu yang sangat memukau dan menggugah jiwa.

Nah, pada tulisan kami untuk kali ini, kami ingin membawakan sekelumit kisah perjalanan seorang ulama ahli bahasa semasa menuntut ilmu; sebuah kisah indah yang patut kita tiru.

Beliau adalah Yahya bin Ali At-Tibriziy _ رحمه الله _ (wafat pada tahun 502 H). Dikenal dengan Al-Khothib At-Tibriziy.

Dikisahkan oleh Yaqut Al-Hamawiy dalam kitabnya “Mu’jam Al-Udaba’” (6/2824), beliau berkata,

“Diceritakan bahwa sebab perjalanan panjang At-Tibriziy menuju Abu ‘Alaa’ Al-Ma’arriy bahwa ia (At-Tibriziy) pernah mendapatkan naskah manuskripsi dari kitab Al-Azhariy[1], milik beliau dalam beberapa jilid yang halus dan lembut.

Beliau (At-Tibriziy) ingin mengecek dan mengambil naskah manuskripsi ini dari seorang ahli bahasa dengan sanad-nya, lalu beliau pun diarahkan kepada Abul ‘Alaa’.

Kemudian beliau (At-Tibriziy) pun meletakkan kitab-kitabnya dalam sebuah kantong dan memikulnya di atas punggungnya dari Kota Tibriz menuju Ma’arroh (sekarang dikenal dengan Ma’rroh An-Nu’man, masuk dalam wilayah Iran, dengan jarak antara keduanya 1193 km)

Beliau tidak memiliki harta untuk menyewa hewan kendaraan. Akhirnya, beliau pun berjalan kaki sampai keringat beliau bercucuran dari punggung beliau dan menembus kantong yang dibawanya. Akibatnya, kitab-kitab beliau itu menjadi basah karenanya.

Andaikan ada orang yang tidak tahu tentang sejarah kitab-kitab (yang basah) tersebut dan melihatnya, maka pastilah ia akan mengira bahwa kitab-kitab itu pernah tenggelam dalam air. Padahal tidak ada sesuatu apapun yang mengenainya (membasahinya), melainkan keringat dari Yahya bin Ali (At-Tibriziy).”

Demikianlah kisah beliau yang menakjubkan, dimana kitab-kitab yang semula halus dan lembut, berubah menjadi kitab-kitab yang keriting dan bergelombang, sebagaimana umumnya kertas yang basah lalu kering.

Namun hal itu tidaklah terjadi, melainkan karena keringat beliau. Subhanallah, sungguh besar keutamaan dan perjuangan beliau. Kesulitan yang kita rasakan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan rintangan dan kesusahan yang dihadapi oleh beliau –rahimahullah-.

Bayangkan saja beliau bersabar melintasi perjalanan sejauh 1193 km dari Tibriz menuju Ma'arroh, sambil memikul kantong atau keranjang berisi kitab-kitab tebal, semata-mata karena ingin menuntut ilmu di depan seorang guru.

Begitulah perjuangan para penuntut ilmu terdahulu yang sudah sepantasnya kita jadikan sebagai panutan dan teladan, bukan malah kita mengidolakan artis-artis Korea dan musiknya yang memekakkan telinga, membuat kita terpesona -wal ‘iyadzu billah-, sebagaimana hal ini banyak menimpa muda-mudi kaum muslimin.

Para pembaca yang budiman, ada begitu banyak faedah dan ibrah yang dapat kita petik dari kisah ini dan juga kisah-kisah para ulama terdahulu , terutama bagi para penuntut ilmu untuk memompa semangat mereka agar tidak mudah menyerah dan bersungguh-sungguh menuntut ilmu di jalan Allah.

Tekad mereka yang begitu kuat, hingga segenap usaha pun mereka kerahkan untuk memuaskan dahaga dan kecintaan mereka terhadap ilmu agama yang mulia ini.

Cuaca panas yang luar biasa dan teriknya matahari di padang pasir pun tidak membuat semangat mereka surut untuk menimba ilmu langsung dari pakarnya.

Kesenangan dunia yang fana ini, mereka tinggalkan demi meraih kebahagiaan yang hakiki. Bahkan kesempitan harta, tidak menghalangi mereka untuk mendapatkan ilmu, walau di ujung dunia sekalipun!

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kami dan juga para pembaca, dan semoga Allah -تعلى- senantiasa memberikan taufik dan pertolongan-Nya kepada kita agar selalu selalu istiqomah, aamiin.

Sekian, yang benar hanyalah dari Allah dan bila ada yang salah, maka itu datangnya dari kami dan syaithon yang terkutuk.

…………………………………..

Pesantren A-Ihsan Gowa,
Sabtu, 29/Muharrom/1441 H

Tulisan ini telah diedit dan diperiksa oleh Guru kami, Ust. Abdul Qodir Abu Fa'izah, Lc. -hafizhahullah-.



[1] Al-Azhariy adalah Muhammad bin Ahmad Al-Azhariy Al-Harowiy (wafat 370 H), seorang ahli bahasa yang memiliki kitab monumental dengan judul “Tahdzib Al-Lughoh”, kini dicetak oleh Dar Ihya’ At-Turots Al-Arobiy, Beirut, Lebanon, dalam 8 jilid, pada tahun 2001 M. [ed.]

Komentar

Posting Komentar

Artikel Paling Populer