Menumbuhkan Peran Al-Qur'an dalam Membentuk Keimanan Generasi Muslim yang Tangguh
Menumbuhkan
Peran Al-Qur'an dalam Membentuk Keimanan Generasi Muslim yang Tangguh
Penulis
:
Ummu
Sufyan Maimunah bintu Nashr Abdul Karim
_حَفِظَهَا اللهُ_
Keimanan
-sebagaimana yang dikatakan oleh para salafush sholih-, bisa bertambah dan bisa
pula berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan sebab dosa dan
maksiat.
Diantara
perkara yang bisa menambah keimanan, dekatnya seorang hamba dengan Al Qur'an. Sebab,
ia memiliki peran yang sangat menakjubkan dalam menguatkan keimanan dan
menambah keyakinan dalam hati .
Allah
-subhanahu wa ta'ala- berfirman,
{وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا
فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ} [التوبة: 124]
“Dan apabila
diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surah ini?”
Adapun orang-orang
yang beriman, maka surah ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira."
(QS. At Taubah : 123)
Allah –subhanahu wa
ta’ala- berfirman,
{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ
حَقًّا} [الأنفال : 2 - 4]
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar
hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat)
imannya, dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang
melaksanakan shalat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman."
(QS. AlAnfal : 2-4)
Makkiy bin Abi
Tholib Al-Qoisiy Al-Qoirowaniy -rahimahullah-
berkata,
"ليس
المؤمن من الذي يخالف الله ورسوله، ويترك أمرهما،
وإنما المؤمن الذي إذا سمع ذكر الله _عز
وجل_، وَجِلَ قَلْبُهُ، وَخَضَعَ، وانْقَادَ لأمْرِهِ _تبارك
وتعالى_،
وإذا قرئت عليه آيات كتاب الله _سبحانه_، صدق بها
وأيقن أنها من عند الله _جلت عظمته_، فازداد إيماناً إلى إيمانه." اهـ من الهداية
الى بلوغ النهاية (4/ 2714)
“Seorang mukmin bukanlah orang yang menyelisihi Allah dan
Rasul-Nya, serta meninggalkan perintah keduanya.
Hanyalah mukmin itu adalah orang yang bila menyimak
dzikrullah (hal yang mengingatkan tentang Allah –azza wa jalla-), takut
hatinya, tunduk dan patuh kepada perintah Allah –tabaroka wa ta’ala-.
Jika dibacakan kepadanya ayat-ayat Kitabullah –subhanah-,
maka ia akan membenarkannya, yakin bahwa ayat-ayat itu datang dari sisi Allah –jallat
azhomatuh-, sehingga keimanannya bertambah bersama keimanannya (yang
sebelumnya).” [Al-Hidayah
ilaa Bulugh An-Nihayah (4/2714)]
Jadi, Al-Qur'an
memiliki pengaruh yang sangat menakjubkan dalam menambah dan menguatkan
keimanan di dalam hati, serta menguatkan ikatan dengan Allah .
Lantaran itu, hendaknya
seseorang berusaha untuk selalu dekat dengan Kalamullah; selalu membacanya,
mempelajari maknanya dan menggali hukum dan faedah-faedahnya, serta mengambil
pelajaran dan peringatan darinya.
Namun suatu hal yang
sangat disayangkan (sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Ar Ruhaily
-semoga Allah menjaga beliau- dalam ceramah beliau), banyak manusia yang
membuang waktunya bermain HP dengan berbagai aplikasi di dalamnya, mulai dari Facebook,
Twitter, WhatsApp, Line, Instagram, Telegram, game dan lain sebagainya.
Bahkan ada di antara
kita menghabiskan waktunya dalam maksiat, seperti bermain pocker, bernyanyi
(melalaui aplikasi Tiktok, Hago, Snack Video dan lain sebagainya), atau
sibuk selfie pada aplikasi-aplikasi tersebut dengan mempertontonkan kecantikan
dirinya atau ketampanannya, atau hal-hal yang gila dan lucu!
Na’udzu billah!
Semua ini adalah perkara-perkara yang menggerogoti iman seorang muslim, tanpa
ia sadari.
Syaikh Sulaiman bin
Salimullah Ar-Ruhailiy –hafizhahullah- pernah mengingatkan kita tentang
fenomena sibuknya manusia dengan bermain HP, lalu melalaikan Al-Qur’an.
Syaikh Sulaiman bin
Salimullah Ar-Ruhailiy –hafizhahullah- berkata,
"Di zaman ini,
manusia diuji dengan keberadaan HP. Engkau dapati HP berada di tangan mereka
setiap waktu, atau kebanyakan dari waktunya. Ia melihat ini dan itu. Tentunya
ini semua adalah perkara yang menyibukkan.
Aku telah sebutkan
berulang kali; sekiranya mereka mau menggunakan 1/10 dari waktu melihat HP
untuk Al-Qur’an, sungguh mereka akan bisa mengkhatam bacaan Al-Qur’an dua
atau tiga kali dalam sebulan."
Hendaknya seseorang muslim
selalu menjaga kedekatannya dengan Al-Qur'an, karena ia memiliki peran yang
besar dalam membentuk dan mengokohkan keimanan dirinya.
Kemudian ingat bahwa
ketika membaca Al-Qur’an, tidak hanya dibaca dengan yang kosong melompong,
tanpa diiringi tadabbur terhadap makna-maknanya dan tanpa pengamalan terhadap
kandungan-kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Syaikh Abdur Razzaq
bin Abdil Muhsin Al-Badr -hafizhahullah-
mengatakan,
“Akan tetapi
pengaruh dari Al-Qur'an tidaklah diraih dengan sekadar membacanya, tanpa
memperhatikan, mentadabburi dan mencermati makna dan artinya.”
Oleh karena itu,
Allah -ta'ala- berfirman,
{كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ } [ص: 29]
"Kitab
(Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati
ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran."
(QS. Shaad : 29)
Seorang ulama negeri India, Muhammad Shiddiq Hasan Khan Al-Qinnaujiy –rahimahullah-
berkata,
"وفي الآية : دليل على أن الله سبحانه
إنما أنزل القرآن للتدبر والتفكر في معانيه لا لمجرد التلاوة بدون تدبر." اهـ
من فتح البيان في مقاصد القرآن (12/ 37) للقنوجي
“Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa Allah –subhanah-
hanyalah menurunkan Al-Qur’an untuk ditadabburi dan dipikirkan makna-maknanya,
bukan hanya dibaca, tanpa tadabbur!” [Fath Al-Bayan fi Maqoshid Al-Qur’an
(12/37), karya Al-Qinnaujiy]
Allah –azza wa
jalla- berfirman,
{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ
كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا }
[النساء: 82]
"Maka tidakkah
mereka menghayati (mendalami) Al-Qur'an? Sekiranya (Al-Qur'an) itu bukan dari
Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di
dalamnya." (QS. An-Nisaa’ : 82)
Di dalam ayat yang
lain, Allah –tabaroka wa ta’ala- berfirman,
{أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ
عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا } [محمد: 24]
"Maka
tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?" (QS.
Muhammad : 24)
Ahli Tafsir Jazirah
Arab, Al-Imam Abdur Rahman Ibnu Nashir As-Sa’diy –rahimahullah-
berkata dalam menafsirkan ayat ini,
"أي: فهلا
يتدبر هؤلاء المعرضون لكتاب الله، ويتأملونه حق التأمل، فإنهم لو تدبروه، لدلهم
على كل خير، ولحذرهم من كل شر، ولملأ قلوبهم من الإيمان، وأفئدتهم من الإيقان،
ولأوصلهم إلى المطالب
العالية، والمواهب الغالية، ولبين لهم الطريق الموصلة إلى الله، وإلى جنته
ومكملاتها ومفسداتها، والطريق الموصلة إلى العذاب، وبأي شيء تحذر،
ولعرفهم بربهم، وأسمائه
وصفاته وإحسانه، ولشوقهم إلى الثواب الجزيل، ورهبهم من العقاب الوبيل." اهـ تيسير
الكريم الرحمن (ص: 788)
“Maksudnya, mengapa
orang-orang yang berpaling itu tidak mentadabburi Kitabullah (Al-Qur’an), dan
merenunginya dengan sebenar-benarnya perenungan.
Karena, andakata
mereka mentadabburinya, maka Al-Qur’an akan menunjuki mereka kepada segala
kebaikan, mengingatkan mereka dari (bahaya) segala keburukan, dan memenuhi hati
mereka dengan keimanan.
Al-Qur’an itu juga
akan mengantarkan mereka kepada cita-cita yang tinggi dan anugerah yang
berharga, dan benar-benar ia akan menjelaskan kepada mereka jalan pengantar
menuju Allah, dan surganya, serta penyempurna dan perusak-perusaknya, serta
(menjelaskan) jalan pengantar menuju siksa neraka, dan dengan apa neraka itu
diwaspadai.
Al-Qur’an
benar-benar akan mengenalkan mereka tentang Robb (Tuhan) mereka, nama-nama dan
sifat-sifat-Nya, serta perbuatan baik-Nya.
Al-Qur’an
benar-benar akan membuat mereka rindu kepada pahala yang melimpah, dan akan
membuat mereka takut terhadap siksaan yang buruk akibatnya.” [Taisir
Al-Karim Ar-Rahman (hlm. 788)]
Mentadabburi Al
Qur'an merupakan penahan dari keropos dan kurangnya iman, serta penyelamat dari
penyimpangan dalam keimanan.
Karena, petunjuk-petunjuk
Al-Qur'an tidaklah didapatkan, kecuali dengan memperhatikan dan
mentadabburinya, serta mengamalkannya setelah memahaminya.
Seorang ulama pembesar
tabi’in dari Kufah, Abu Abdir Rahman As-Sulamiy
–rahimahullah- berkata,
"حَدَّثَنَا الَّذِينَ كَانُوا
يُقْرَءُونَنَا الْقُرْآنَ عُثْمَانُ بْنُ عفان وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ
وَغَيْرُهُمَا أَنَّهُمْ كَانُوا إذَا تَعَلَّمُوا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ آيَاتٍ لَمْ يَتَجَاوَزُوهَا حَتَّى يَتَعَلَّمُوا مَا
فِيهَا مِنْ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ. قَالُوا: فَتَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ
وَالْعِلْمَ وَالْعَمَلَ جَمِيعًا." اهـ من مجموع
الفتاوى (5/ 37) لشيخ الإسلام ابن تيمية
“Telah
menceritakan kepada kami orang-orang yang mengajarkan kepada kami Al-Qur`an,
seperti Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud dan selain keduanya bahwa ketika
mereka belajar 10 ayat (Al-Qur`an) dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-,
mereka tidak melewatinya hingga mereka mempelajari sesuatu yang ada padanya
berupa ilmu dan pengamalannya.
Mereka (para guru
kami) bertutur, ‘Kami (dulu) belajar Al-Qur`an beserta (cara) mengilmu dan mengamalkannya
sekaligus.” [Majmu’ Al-Fatawa (5/37), karya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah]
Nah, disinilah kita
melihat bentuk kekeliruan sebagian orang. Dia mengira bahwa Al-Qur’an hanya
dibaca. Benar bahwa Al-Qur’an adalah bacaan yang menyejukkan hati. Namun
lebih menyejukkan lagi jika kita dalami lautan makna dan pelajaran yang
terkandung di dalamnya, lalu kita amalkan dan terapkan dalam kehidupan.
Ketika seseorang
mentadabburi Al Qur'an, maka petunjuk dan hidayah akan menjadi penjaga baginya
dari kekurangan akal dan penyimpangan.
Karena itu, Allah –ta’ala-
berfirman,
{قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ
فَكُنْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ (66) مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا
تَهْجُرُونَ (67) أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْل} [المؤمنون: 66 - 68]
"Sesungguhnya
ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kalian, tetapi kalian selalu
berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri dan mengucapkan
perkataan-perkataan keji terhadapnya (Al-Qur'an) pada waktu kalian
bercakap-cakap pada malam hari. Lalu apakah mereka tidaklah menghayati firman
(Allah)." (Qs.Al Mu'minun:66-68)
Maksudnya,
seandainya mereka mentadabburi Al-Qur'an, niscaya mereka tidak akan berpaling
ke belakang.
Karena, tadabbur Al-Qur'an
akan menjaga mereka dari berpaling ke belakang . Adanya penyimpangan terjadi
karena jauhnya mereka dari Al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah
kitab petunjuk menuju jalan yang lurus, dan tangga menuju kebahagiaan dan
keselamatan.
Allah –jalla wa
alaa- berfirman,
{إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ
أَقْوَمُ} [الإسراء: 9]
"Sungguh,
Al-Qur'an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus."
(QS. Al-Israa' : 9 )
Ibnul Jauziy
Ad-Dimasyqiy –rahimahullah- berkata,
"يهدي إِلى الخصال التي هي أقوم الخصال.
قال المفسرون: وهي توحيد الله والإِيمان به وبرسله والعمل بطاعته." اهـ من زاد
المسير في علم التفسير (3/ 12)
“Al-Qur’an memberi
petunjuk kepada perkara-perkara yang merupakan perkara yang lurus. Para
mufassirin berkata, ‘Perkara-perkara yang paling lurus itu adalah tauhidullah
(mengesakan Allah), keimanan kepada-Nya dan para rasul-Nya, serta melakukan ketaatan
kepada-Nya.” [Zadul Masir (3/12)]
Al-Qur'an seluruhnya
adalah hidayah (petunjuk). Berapa banyak orang yang Allah beri mereka hidayah,
melapangkan hati mereka dan keimanan masuk ke dalam hati mereka dengan sebab
satu ayat dari Al Qur'an. Sesuatu yang besar terjadi pada hati mereka.
Tadabbur di sini
adalah pokok yang paling agung dalam menggapai hidayah dan menguatkan keimanan
.
Oleh karena itu,
ketika engkau membaca Al Qur'an jangan jadikan targetmu adalah kapan aku akan
mengkhatamkan Al Qur'an.
Akan tetapi jadikan
targetmu adalah kapan aku akan mendapat hidayah dengan Al Qur'an, kapan
aku akan mendapat manfaat dari Al Qur'an, kapan aku menjadi ahli Al-Qur'an,
kapan aku menjadi keluarga Allah dan orang khusus-Nya.
Bukanlah seseorang
dikatakan sebagai ahli Al Qur'an, orang yang hanya menghafalkan Al Qur'an dan
membacanya. Hanyalah dikatakan ahli Al Qur'an, seorang yang memahami
kalamullah dan beramal dengannya.
Allah –tabaroka wa
ta’ala- terangkan di dalam firman-Nya,
{الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ
حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ} [البقرة: 121]
"Orang-orang
yang telah Kami beri Kitab (Al Qur'an), mereka
membacanya sebagaimana mestinya. Mereka itulah yang beriman kepadanya."
(QS.Al Baqarah : 121)
Ibnu Mas’ud
–radhiyallahu anhu- dan yang lainnya berkata dalam menfsirkan ayat ini,
"يَتَّبِعُونَهُ حَقَّ اتِّبَاعِهِ."
اهـ من تفسير ابن كثير ت سلامة (1/ 404)
"Maksudnya
ialah mengikutinya dengan sebenar benarnya." [Tafsir
Ibnu Katsir (1/404)]
Imam Ibnul Qoyyim
-rahimahullah- pernah berkata dalam kitab beliau Madariju As-Salikin
(1/450),
فَلَيْسَ شَيْءٌ أَنْفَعَ لِلْعَبْدِ فِي مَعَاشِهِ
وَمَعَادِهِ، وَأَقْرَبَ إِلَى نَجَاتِهِ مِنْ تَدَبُّرِ الْقُرْآنِ، وَإِطَالَةِ
التَّأَمُّلِ فِيهِ، وَجَمْعِ الْفِكْرِ عَلَى مَعَانِي آيَاتِهِ." اهـ من مدارج
السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين (1/ 450)
"Tidak ada
sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba di dunia dan akhiratnya dan
lebih dekat kepada keselamatan baginya daripada mentadabburi (merenungi) Al-Qur'an,
dan memperpanjang perhatiannya padanya, serta mengumpulkan pikirannya untuk
memahami makna (dan arti) dari setiap ayat-ayatnya."
Al-Qur'an memiliki
peran yang sangat penting dalam menggapai hidayah dan menguatkan keimanan
seseorang.
Karena itu,
hendaknya seseorang memberikan perhatian yang besar terhadap kalamullah (Al-Qur'an),
selalu membacanya, mentadabburi makna dan kandungannya, serta mengejawantahkan
perintah dan laranganya.[1]
[1] Selesai diedit dan disempurnakan oleh Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc. _حفظه الله_ pada sore hari tanggal 16 Robi’ul Awaal 1442 H = 02 Nov 2020 M.
بارك الله فيك
BalasHapus